Seorang Trainee Fishery (Nelayan/Penangkapan Ikan) (21thn) berangkat dari PT Fuji Utami pada tahun 2005. Menjalani training di Profinsi Miyazaki daerah/kota Hyuga. Kisah cerita ketika dia dan seorang teman sedang bermain ke pantai di profinsi Miyazaki kota Hyuga di musim panas tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2007 tiba tiba mendengar teriakan minta tolong dari arah pantai yang ternyata adalah suara dua siswi SMP Jepang yang hampir hanyut terbawa ombak ketika sedang bermain di pantai. Kemudian Endang dan temannya memberanikan diri dengan menceburkan diri ke tengah laut untuk menolong kedua siswi tersebut. Keduanya berhasil diselamatkan sementara Endang sendiri hanyut terseret ombak. Kemudian, regu penyelamat kelautan Jepang berusaha mencari dan baru berhasil menemukan jasad Endang setelah dua hari pencarian.
Atas keberanian dan rasa jiwa penolongnya, Pemerintahan Jepang (kedutaan Jepang /Japan Foundations profinsi Miyazaki kota Hyuga) dan wakil Regu Penyelamat Pantai dan Miyazaki Fishery Cooperative datang langsung ke tanah kelahiran Endang Aripin ,21 tahun, di kota Ender, Cirebon, Jawa barat. Endang yang diketahui tidak bisa berenang tapi karena jiwa kepahlawanannya dan berusaha menolong kedua siswi tersebut, menerima tanda penghormatan serta bela sungkawa.
Kisah dan berita Endang yang di muat di berbagai media Jepang membuat Miyuki Inoue seorang pengajar sekolah bahasa jepang di Bandung terharu dan memberikan suatu gagasan dibuatnya film dokumenter bekerja sama dengan Pembuat film dokumenter jepang terkenal Takahiro Murasawa. Mengangkat kisahnya ke layar lebar versus documenter film, berjudul “Mas Endang “ Apakah Anda tahu tentang dia ? Film berdurasi 55 menit dengan budget pribadi Miyuki Inoue sebesar 100 juta rupiah dengan pengambilan gambar di Indonesia ( Cirebon ) dan Jepang (kota Hyuga) selama 6 bulan.
Film Dokumenter ini berisikan upaya pertolongan dari regu penyelamat, sejumlah kesaksian sahabat dan teman teman terdekat Endang, juga komentar2 yang tak hanya datang dari keluarganya di desa, namun juga dari rekan-rekan warga asli Jepang tempat Endang belajar yang menuturkan pengalaman manis semasa dia hidup. Yang selalu disanjung dan dipuji karena pekerjaannya yang disiplin, tidak bosan bekerja keras dan tidak mengenal batasan dalam bergaul. Di dalam film ini juga tak lupa diselipkan kisah dan cerita keluarga nya.
Wasji (Ayah/49) menuturkan Endang Aripin adalah panutan keluarga yang bercita cita ingin menjadi tentara dan berniat membiayai kedua orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah setalah selesai menamatkan program praktek Fisherynya.Kedua orang tuanya pernah menawarkan untuk menjual tanah leluhurnya untuk memenuhi biaya kepergiannya. Tetapi Endang menolaknya dan berkata saya ingin bekerja dulu dan mendapatkan penghasilan yang cukup Doakanlah saya supaya bisa menjadi orang yang berhasil dan bisa membiayai Ayah & Ibu menjalankan ibadah haji ke Mekkah. Endang juga membatalkan program beasiswanya dari Padjajaran University untuk memenuhi panggilan praktek Fisherynya.
Nurwati (24) menceritakan pada hari itu foto framenya jatuh ke baskom berisikan air dan malamnya mendengar kabar wafatnya Endang.
Film documenter ini di putar di Japan Embassy Jakarta ,Japan Foundation Jakarta, Bandung Jawa barat, dan berbagai kota di Jepang diantaranya Wakamatsu-ku, Kita-Kyushu City, Fukuoka、Futsukaichi Minami, Chikushino City, Fukuoka Morimachi, Nagasaki City, Nagasaki、 Kumamoto City, Kumamoto Kita Horie, Nishi-ku, Osaka City. Ada juga pameran sejumlah foto kenangan, surat pribadi dari dua siswi Jepang untuk Endang, kekasihnya dan tulisan-tulisan artikel dari surat kabar Jepang yang memberitakan ‘perjuangan’ Endang.
Sumber :
The daily Jakarta Shimbun. Local News paper of Miyazaki, Asia yahoo News.